Jejak Kerajaan Tidore – Kerajaan Tidore, sebagai bagian bersejarah di wilayah Maluku Utara, membawa kepingan sejarah yang kaya dalam perjalanan Nusantara. Merupakan pusat perdagangan rempah-rempah dan penyebaran agama Islam pada masa kolonial, kerajaan ini telah meninggalkan jejak-jejak berharga yang hingga kini masih dapat disaksikan.
Dengan istana yang berdiri megah sejak tahun 1811 dan pengaruhnya yang mencapai puncak kejayaan pada abad ke-18, Kerajaan Tidore menghadapi masa sulit di awal abad ke-20. Meskipun istananya runtuh pada tahun 1912 akibat campur tangan Belanda, usaha revitalisasi pada era 2000-an berhasil membangkitkan kembali keagungan Kerajaan Tidore.
Sejarah Gemilang dan Runtuhnya Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore, terletak di Pulau Halmahera, Maluku Utara, memiliki sejarah yang gemilang pada masa kolonial. Pada tahun 1811, di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Tahir (1810-1831), Istana Kerajaan Tidore dibangun di Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara. Namun, puncak kejayaan kerajaan ini terjadi pada abad ke-18 di bawah kepemimpinan Sultan Nuku.
Sultan Nuku memimpin Tidore menuju kemajuan signifikan dan mendapatkan penghormatan dari bangsa Eropa. Sayangnya, keberlangsungan kejayaan ini terhenti pada tahun 1912 karena masalah internal dan campur tangan Belanda. Istana Kerajaan Tidore runtuh, meninggalkan cerita kelam dalam sejarahnya.
Baru pada tahun 2000-an, Kerajaan Tidore mulai dibangun kembali sebagai bagian dari upaya revitalisasi budaya. Proses ini tidak hanya melibatkan rekonstruksi fisik, tetapi juga pemeliharaan nilai-nilai sejarah dan kearifan lokal. Istana ini dibangun kembali dengan gaya arsitektur khas Melayu, mempertahankan warisan berharga yang melekat padanya.
Jejak Peninggalan Bersejarah Kerajaan Tidore
Meskipun Istana Kerajaan Tidore mengalami perubahan dan pemugaran, beberapa peninggalan bersejarah masih tetap ada dan dijaga hingga saat ini.
1. Masjid Sultan Tidore
Salah satu peninggalan yang paling mencolok adalah Masjid Sultan Tidore, yang pertama kali dibangun pada tahun 1700. Mesjid ini awalnya memiliki struktur kayu, batu, pasir, kapur, dan atap dari alang-alang serta daun sagu. Seiring berjalannya waktu, masjid ini mengalami renovasi dan pembaruan material untuk menjaganya tetap kokoh.
2. Makam Sultan-Sultan Tidore
Makam para Sultan Tidore terletak di kawasan Kedaton Tidore. Kompleks pemakaman ini menjadi tempat peristirahatan bagi sultan-sultan berpengaruh dari Kerajaan Tidore. Salah satu sultan yang dimakamkan di sini adalah Sultan Nuku, yang diakui sebagai pemimpin yang membawa kejayaan bagi kerajaan.
Benteng Tahula, yang pertama kali dibangun oleh Spanyol dan kemudian dilanjutkan oleh Portugis, adalah bukti sejarah kolonial. Setelah dipugar oleh Sultan Nuku untuk menghadapi Belanda, benteng ini mengalami kerusakan tetapi masih dapat dilihat oleh pengunjung. Meski tidak lagi utuh seperti semula, benteng ini memamerkan tangga, dinding, dan fondasi yang membentuk pola geometris.
4. Benteng Torre
Benteng Torre, awalnya dibangun oleh Portugis pada tahun 1578, tetap menjadi peninggalan sejarah Kerajaan Tidore. Meski pernah dihancurkan oleh VOC pada tahun 1707, benteng ini mempertahankan sebagian strukturnya. Asal nama “Torre” diyakini terkait dengan nama Kapten Portugis pada saat itu, Hernando De La Torre.
5. Stempel Kesultanan Tidore
Beberapa stempel Kesultanan Tidore ditemukan di sekitar ibu kota kesultanan. Stempel-stempel ini diyakini digunakan sebagai bentuk legalitas dalam hubungan kesultanan dengan pihak di luar wilayahnya.
6. Istana Kerajaan Tidore (Kedato Kie)
Meskipun telah mengalami pemugaran, Istana Kerajaan Tidore atau Kedato Kie tetap menjadi saksi bisu sejarah kerajaan. Bagian dalam istana yang disebut Kedaton, walaupun hanya tersisa puing-puing, memberikan gambaran tentang kemegahan masa lalu. Proses pemugaran ini mencoba membangun kembali struktur dengan menggunakan material yang lebih kokoh, tetapi sekaligus melestarikan keaslian dan keindahan arsitektur Melayu.
Melalui berbagai peninggalan bersejarahnya, Kerajaan Tidore meninggalkan warisan berharga yang mencerminkan kejayaan dan kebijaksanaan masa lampau. Masjid Sultan Tidore, makam para sultan, benteng-benteng bersejarah, stempel-stempel kesultanan, dan Istana Kerajaan Tidore menjadi saksi bisu perkembangan sejarah di wilayah Maluku Utara.
Pemeliharaan dan pemugaran atas peninggalan ini tidak hanya berfungsi sebagai tanda kejayaan masa lalu, tetapi juga sebagai pembelajaran bagi generasi sekarang. Keberadaan peninggalan ini memberikan peluang bagi masyarakat lokal dan wisatawan untuk memahami sejarah dan kearifan lokal yang ditanamkan oleh Kerajaan Tidore. Sebagai warisan berharga, peninggalan ini harus tetap dijaga dan diperkenalkan sebagai bagian integral dari sejarah Indonesia yang kaya dan beragam.